Perilaku Petani Terhadap Resiko Usahatani Cabai Merah di Kabupaten Tanggamus
Cabai merah
merupakan salah satu komoditas hortikultura potensial untuk dikembangkan. Hal
ini karena cabai merah tergolong sebagai komoditas bernilai ekonomi tinggi, salah
satu komoditas sayuran unggulan nasional, menduduki posisi penting dalam hampir
seluruh menu masakan di Indonesia, dan bersifat intensif dalam menyerap tenaga
kerja. Pada tahun 2011 cabai merah merupakan
salah satu komoditas penyebab inflasi pada perekonomian sebesar 0,09 persen dari
total inflasi sebesar 0,34 persen
berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(BPS) dibulan November (Hida,
2011), hal ini terjadi
karena kondisi cuaca yang tidak normal mengakibatkan penurunan pasokan cabai
merah sehingga tidak dapat menahan lonjakan harga cabai merah.
Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu sentra dari
tanaman hortikultura di Propinsi Lampung
dengan luas lahan tanaman cabai sebesar
1.215 hektar dan produksi sebesar 54.954 kuintal (Badan Pusat Statistik,
2010). Tetapi produktivitas cabai di
Kabupaten Tanggamus masih rendah yaitu 42,53 kuintal per hektar, jika dilakukan
dengan baik maka produktivitas cabai merah bisa mencapai 25 ton per hektar
(Wiryanta, 2002). Hal ini disebabkan
oleh ketidakpastian
iklim, serangan hama, dan penyakit yang dapat mengurangi produksi (hasil panen
cenderung menurun) sehingga pendapatan petani kecil. Petani akan segera menjual hasil produksinya
karena memiliki keterbatasan modal serta terdesak oleh kebutuhan uang tunai
untuk konsumsi keluarga. Keadaan
tersebut menyebabkan lemahnya posisi petani dalam tawar menawar sehingga petani
cenderung menerima harga yang rendah pada saat panen.
Peningkatan
pendapatan dilakukan dengan penggunaan sarana produksi yang berteknologi tinggi
seperti penggunaan plastik mulsa.
Penggunakan input produksi khususnya plastik mulsa sangat bermanfaat
bagi petani cabai merah karena untuk mengurangi serangan hama dan penyakit,
walaupun petani menambah biaya untuk membeli plastik tersebut. Petani yang tidak menggunakan plastik mulsa
terjadi karena petani tidak mau menambah biaya produksi yang dikeluarkan. Sikap petani
rasional akan membandingkan besarnya risiko yang dihadapi dengan penerimaan
dari usahatani yang diusahakan. Perilaku
petani dalam menghadapi risiko usahatani cabai merah akan mempengaruhi seberapa
besar alokasi input produksi termasuk penggunaan plastik mulsa yang akan
digunakan dalam kegiatan usahataninya sehingga produksi akan meningkat.
Penelitian ini bertujuan mengetahui perilaku petani terhadap risiko usahatani cabai merah di Kabupaten Tanggamus serta faktor faktor yang mempengaruhi perilaku petani terhadap risiko usahatani.
Untuk Membaca selanjutnya silahkan klik disini